Untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, banyak sekali para pahlawan yang berani melawan penjajah. Salah satunya adalah pahlawan dari Bengkalis yang namanya tidak terkenal. Namun keberadaan beliau sebagai pahlawan Nasional mendapat apresiasi dari pemerintah.
Kyai Haji Imam Bulkin, merupakan pahlawan dari Bengkalis. Beliau lahir tahun 1881 di kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ayah beliau bernama Kyai Ibrahim.
Setelah merantau ke Malaysia, tahun 1935 beliau berlabuh di Pulau Bengkalis. Melihat kondisi Bengkalis saat itu masih ditumbuhi semak belukar. Beliau pun berinisiatif untuk membuka lahan baru.
Disamping mengajar ilmu agama, beliau juga memiliki kemampuan beladiri. Ilmu bela diri diturunkan kepada anak-anak muda desa Pasukan. Beliau mendirikan perguruan pencak silat. Banyak anak muda yang tertarik akhirnya memilih belajar beladiri.
Kyai Imam Bulkin merupakan sosok penentang penjajah. Ini dibuktikan saat Belanda ingin menguasai Bengkalis setelah kemerdekaan.
Setelah mengetahui fatwa revolusi jihad yang dikeluarkan Kyai Haji Hasyim Asyari pada Oktober 1945. Bahwa seluruh santri diperintahkan untuk berjihat melawan Belanda.
Pada saat agresi militer II Kyai Imam Bulkin terlibat lansung mengusir Belanda. Beliau membentuk sendiri laskar yang beranggotakan para muridnya. Latihan beladiri dan tembak menembak dilakukan di tiga lokasi. Di halaman rumah, bukit Pasiran dan daerah Selatan Baru.
Latihan dilakukan dengan serius bahkan sempat mendatangkan pelatih dari Malaysia yang bernama Khalifa Sudirman.
Tanggal 7 Januari 1949 laskar ini bergerak dari Pasiran menuju Bengkalis. Diperjalanan bergabung dengan laskar lainya. Tepatnya di daerah Kelapa Pati Laut mereka bergabung dengan Tentara Indonesia yang dipimpin Letnan II Soebrantas.
Saat seluruh pasukan berada di sana, pasukan Belanda sudah berada di perairan Selatan Bengkalis namun masih di atas kapal.
Melihat ramainya pasukan berjubah putih, mereka memilih mundur dan putar haluan.
Tentara Belanda kewalahan menghadapi laskar pimpinan Imam Bulkin dan harus menambah pasukan.
Bahkan bepertempuran yang cukup dikenal yakni pertempuran laskar Sabillah dengan Belanda di desa Padeklik. Pertempuran ini dikenal dengan perang "Sosoh" yang membuat Belanda marah, terpukul dan mundur. Sejumlah kapal-kapal yang bersandar di Bengkalis berhasil diambil alih.
Selama agresi Imam Bulkin pernah dicari Belanda. Pencarian ini tidak berhasil karena pasukan Belanda hanya tahu nama tapi tidak mengenali wajah beliau.
Sosok Imam Bulkin sangat berjasa bagi masyarakat Bengkalis, bangsa dan negara. Mulai dari bidang sosial, agama serta perannya dalam mempertahankan kemerdekaan.
Seiring waktu berjalan kondisi beliau sangat lemah dan akhirnya meninggal di usia 93 tahun di tahun 1974 dimakamkan di Desa Pasiran.
Rustia Warnida
Sebanga, 31 Januari 2023, 17.45
kerreennn....semangat
BalasHapusTerimakasih,
BalasHapusTelusuri jejak Aulia. Ok
BalasHapusOke
BalasHapusCakep....mantap
BalasHapus