Pelataran Mol SKA, ramai pengunjung apalagi suara musik orgen menambah semarak suasana. Aku larut dalam kemeriahan, maklum sudah seminggu hanya rumah, sekolah dan kedai. Karena sampai diusia yang sudah melewati setengah abad, aku masih mengerjakan segala urusan sendiri.
Saat kutapaki keramik bermotif baru berwarna abu-abu aku berjalan dengan santai. Yah, di sini ada yang duduk di bawah pohon, di tangga mol, dan ada yang berjalan keluar dan masuk mol.
Tanpa terasa ada yang mengganjal di telapak kakiku. Aku berusaha untuk tenang, karena ada beberapa pasang mata sedang mengawasi ku. Lagi lagi aku berusaha untuk santai seakan tak ada masalah. Dek, bunda lupa tukar sepatu. Kita tidak usah pulang, lanjut aja. Putriku tersenyum dan dia minta dicopot saja. Tidak usah kataku sambil memegang tangannya.
Pasang maskernya bun, pinta satpam. Tanpa menjawab akupun mengeluarkan masker dari dalam tas. Melewati pintu yang terbuka sendiri, kami langsung disuguhi pemandangan KFC, roti boy, sepatu dari segala model dan merk, ragam pakaian, perhiasan, juga mobil. Kamipun menuju lif untuk naik lantai dua.
Dihari perayaan cina, ada diskon besar-besaran. Semua ruangan ada ornamen merah dan musik etnis. Dek ayo kita cari dulu, karena bagian sebelah kanan sudah copot separo. Kamipun tertawa karena dia copot sendiri karena dari tadi sudah mencoba untuk bertahan tapi apala daya.
Ayo dek, cari yang bagus, yang penting tidak tinggi. Alhamdulillah, akhirnya pilihan putriku sangat cocok dengan seleraku. Jadilah aku pakai lansung setelah membayar dikasir.
Sampai di rumah kubuka kotak sepatuku. Ku angkat dan kuucapkan terimakasih pada sepatu rajut, kuperhatikan lagi bagian alasnya yang tertinggal di mol. Bertahun-tahun kupakai, tahan, sering dipuji teman-temanku ketika dipakai.
Duri, 16 Januari 2023
Rustia Warnida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar