Daerah Duri dan sekitar dari semalam sampai siang diguyur hujan. Walaupun hari sudah jam 15.00 hujan rintik masih setia menghujani daerah yang terkenal dengan hasil tambang dan kebun sawit. Kami sudah baca doa, kata Habibi sambil menyandang tas menuju bus cateran.
Bu, bisanya datang ke UKS karena Rehan terjatuh dagunya berdarah, suara telfon dari bu Vivi dengan suara cemas. Tanpa pikir panjang akupun menuju UKS yang terletak di sebelah perpustakaan tempat aku mengerjakan tugas teman.
Bawa ke Awal Bros saja, karena lukanya sekitar tiga cm, kata bu Vivi. Kulihat darah sudah berceceran di baju dan celana. Bajunya yang basah juga sudah penuhi pasir. Dia terus menangis sampai di rumah sakit walau sudah berusaha ditenangkan.
Rehan yang sudah mulai tenang, sekarang memakai selimut karena baju dan celana yang basah di buka dokter. Setelah dirontgen, Rehan nampak akrab sekali dengan dokter sampai mereka tos tangan tanda setuju untuk dijahit. Senang rasanya, karena tak perlu lagi menangkan Rehan.
Rehan mau bertemu bunda dulu katanya dengan tenang. Rehan janji mau dijahit dan tidak mengamuk katanya. Namun apalah daya, janji tinggal janji. Setelah kedatangan bunda nya semua berubah. Aku tak mau di suntik, aku mau mati saja, teriaknya. Karena histeris, darah pun mulai mengalir dan muntah-muntah.
Rehan takut, kata- kata itu selalu keluar dari mulutnya. Rupanya Rehan sangat fobia sama jarum suntik. Ketakutan yang susah di taklukkan.
Alhamdulillah, setelah bernegosiasi alot antara Rehan dan dokter tentang jarum suntik yang digunakan. Akhirnya detik demi detik tugas dokter pun selesai dengan empat jahitan.
Selamat ya Rehan sudah bisa melawan rasa takut, kataku sambil bersalaman.
Rustia Warnida
Mutiara, 25 Januari 2023. 12.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar