Hari masih pagi, hawa dingin meyelimuti persada sejak dini hari. Walau di Ufuk Timur fajar sudah menyinsing tanda siang akan menjelang. Suara azan berkumandang memanggil segenap alam semesta untuk tunaikan kewajiban. Ada kerinduan yang harus ditunaikan.
Siang menjelang kami dan keluarga besar mengunjungi mak Adang (kakak ibu) di kampung lansek. Kampung yang terletak di jauh dari jalan utama. Biasa askses jalan kaki atau kendaraan roda dua saja yang masuk. Namun sekarang karena jalan sudah diperbaiki, maka banyak penduduknya sudah mempunyai mobil.
Jarak tempuh sekitar sepuluh menit dari rumah. Perjalanan ini serasa sebentar saja. Ketika ditanya tentang umur, Adang mengatakan sudah sekitar delapan puluh. Kamipun bertanya lagi tepatnya berapa. Dengan tersenyum beliau pun menjawab sudah delapan puluh delapan. Mengingat guru seusia dengan beliau sudah banyak yang meninggal, beliau pun mengatakan, aden( saya) adalah ketua guru sekarang. Kamipun tertawa mendengarnya. Hidup tak banyak beban, itu nampak dari guratan wajah Adang. Tak ada kesan tua yang identik dengan marah, nyinyir, apalagi suka mengeluh. Sekarang uang pensiun sudah untuk anak-anak, kata Adang setahun yang lalu.
Saat menjadi kepala sekolah di SD 01 Tantaman dahulu, masih terbayang betapa gagahnya Adang sambil meniup terompet di depan jendela. Semua masih segar di ingatanku. Pergi sekolah Adang selalu meninggalkan honda di rumah. Karena tak ada jalan yang bisa dilewati honda apalagi letak sekolah di atas bukit.
Sekarang Adang hanya bisa beraktifitas atas bantuan anak, istri, dan cucunya. Sudah duakali Adang dilarikan ke rumah sakit. Saat sembuh, Adang selalu mengucap syukur yang tak terhingga. Masih bisa menikmati rezeki dari Allah, ucapnya. Semoga kita selalu di beri rezeki dan sehat selalu ya Dang. Ucapku ketika berpamitan.
"Taqqaballahu minna waminkum taqabbal ya karim. Mohon maaf lahir dan bathin."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar