Resum ke-7
Gelombang ke-28
Judul : Mengatasi Writer's Block
Oleh Rustia Wanita, S. Pd
Narasumber : Ditta Widya Utami, S. Pd. Gr
Moderator : Raliyanti, S. Sos. M. Pd.
Dengan ucapan Bismillah, bu Rally mengawali pertemuan malam ini. Dengan mempersilahkan bu Ditta sebagai narasumber.
Salam perkenalan lewat blog yang merupakan alumni angkatan ke-7. Siapapun yang ingin menjadi penulis handal harus siap dengan prosesnya. Senang membaca dan menulis di buku diari kegemaran sejak kecil ,mengirim tulisan di mading dan menulis dalam bahasa Inggris, tambah bu Ditta lagi.
Menulis apapun yang kita rasakan bisa menjadi selfie healing yang baik. Bahkan psikolog pun menganjurkan kepada pasiennya untuk mengatasi depresi. Pernah vakum menulis karena aktivitas mengajar di boarding school. Aktif kembali di awal pandemi.
Disadari atau tidak manfaat menulis merupakan aktifitas sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya. Kaitan cerita di atas dengan Writer's Block?
*Menulis* adalah *kata kerja* yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya *novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger*, namun ada juga *_copywriter_* yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada *_content writer_* yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada *_script writer_* penulis naskah film/sinetron, ada *_ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll_*.
Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang *virus WB* alias *_Writer's Block_*.
Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan.
Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.
WB bisa terjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, bulan bahkan tahun.
Istilah WB sudah ada sejak tahun 1940 diperkenalkan oleh Edmund bergler seorang psikoanalis dari Amerika.
Salahsatu kunci menghadapi WB adalah
Tidak memikirkan kesalahan dalam menulis seperti salah eja, ketikan dll. Yang dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.
Yuk, menulis bebas untuk mengatasi WB. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai.
So, ayo semangat menulisss✍✍✍ (Ditta Widya U)
Pada sesi yang diakhiri tanya jawab ini saya terkesan dengan pertanyaan ke-5
R. Agung PS_ Jakarta_
Saya sudah merasakan writer's block ketika tulisan saya sedikit yang membaca. Muncul di sana keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya lakukan. Menulis dengan topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis tanpa menghiraukan jumlah pembaca?
Jangan jadikan jumlah pembaca sebagai patokan. Karena setiap penulis akan menemukan takdir pada para pembacanya. Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat walau hanya untuk satu orang. Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau menginspirasi bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca banyak orang tapi mudah dilupakan?
Melewati sepuluh pertanyaan masih ada duabelas pertanyaan yang belum terjawab dan dituntaskan lewat blog karena sudah pukul 21.28 di akhir sesi bu Ditta memosting buku. Buku inspiratif ini sangat bagus untuk penulis.
Diri, 23 Januari 2023, 21.10